Kamis, 24 Oktober 2013

motif kewirausahaan

Para ahli mengemukakan bahwa seseorang memiliki minat berwirausaha karena adanya suatu motif tertentu, yaitu motif berprestasi (achievement motive).
Motif berprestasi ialah suatu nilai sosial yang menekankan pada hasrat untuk mencapai yang terbaik guna mencapai kepuasan secara pribadi (Gede Anggan Suhandana, 1980:55). Faktor dasarnya adalah adanya kebutuhan yang harus dipenuhi.
Teori motivasi pertama kali dikemukakan oleh Maslow (1934). Ia mengemukakan hierarki kebutuhan yang mendasari motivasi. Menurutnya, kebutuhan itu bertingkat sesuai dengan tingkatan pemuasannya, yaitu kebutuhan fisik (physiological needs), kebutuhan akan keamanan (security needs), kebutuhan sosial (social needs), kebutuhan harga diri (esteem needs), dan kebutuhan akan aktualisasi diri (self-actualization needs).
Kebutuhan berprestasi wirausaha (n’Ach) terlihat dalam bentuk tindakan untuk melakukan sesuatu yang lebih baik dan lebih efisien dibanding sebelumnya. Wirausaha yang memiliki motif  berprestasi tinggi pada umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
  1. Ingin mengatasi sendiri kesulitan dan persoalan-persoalan yang timbul pada
  2. Selalu memerlukan umpan balik yang segera untuk melihat keberhasilan dan kegagalan.
  3. Memiliki tanggung jawab personal yang tinggi.
  4. Berani menghadapi risiko dengan penuh perhitungan.
  5. Menyukai tantangan dan melihat tantangan secara seimbang (fifty-fifty). Jika tugas yang diembannya sangat ringan, maka wirausaha merasa kurang tantangan, tetapi ia selalu menghindari tantangan yang sulit yang memungkinkan pencapaian keberhasilan sangat rendah.
Kebutuhan akan kekuasaan (n’Pow), yaitu hasrat untuk mempengaruhi, mengendalikan, dan menguasai orang lain. Ciri umumnya adalah senang bersaing, berorientasi pada status, dan cenderung lebih berorientasi pada status dan ingin mempengaruhi orang lain.
Kebutuhan untuk berafiliasi (n’Aff), yaitu hasrat untuk diterima dan disukai oleh orang lain. Wirausaha yang memiliki motivasi berafiliasi tinggi lebih menyukai persahabatan, bekerja sama daripada persaingan, dan saling pengertian. Menurut Stephen P. Robbins (1993:214), kebutuhan yang kedua dan ketigalah yang erat kaitannya dengan keberhasilan manajer saat ini.
Ahli psikologi lain, Frederik Herzberg (1987) dalam teori motivation-hygiene mengemukakan bahwa hubungan dan sikap individu terhadap pekerjaannya merupakan dua faktor dasar motivasi yang menentukan keberhasila kerja, yaitu faktor yang membuat orang lain merasa puas (satisfaction) dan faktor yang membuat orang tidak merasa puas (dissatisfaction). Faktor internal yang membuat orang memperoleh kepuasan kerja (job- satisfaction) meliputi prestasi (achievement), pengakuan (recognition), pekerjaan (the work itself), tanggungjawab (responsibility), kemajuan (advancement), dan kemungkinan berkembang (possibility of growth). Sedangkan faktor yang menentukan ketidakpuasan (dissatisfaction) adalah upah, keamanan kerja, kondisi kerja, status, prosedur perusahaan, mutu pengendalian teknis, mutu hubungan interpersonal (Gibson, 1990:95).
Menurut Nasution ada tiga fungsi motif, yaitu:
  1. Mendorong manusia untuk menjadi penggerak atau sebagai motor yang melepaskan energi.
  2. Menentukan arah perbuatan ketujuan tertentu.
  3. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dijalankan untuk mencapai suatu tujuan dengan menghindari perbuatan yang tidak bermanfaat bagi pencapaian tujuan itu.
Menurut Zimmerer (1996:3) ada beberapa peluang yang dapat diambil dari kewirausahaan, yaitu:
  1. Peluang untuk memperoleh kontrol atas kemampuan diri.
  2. Peluang untuk memanfaatkan potensi yang dimiliki secara penuh.
  3. Peluang untuk memperoleh manfaat secara finansial.
  4. Peluang untuk berkontribusi kepada masyarakat dan menghargai usaha-usaha seseorang.

2 komentar:

  1. thanks you are my social media including the lyrics no lead to six package for watching 💓

    BalasHapus